RSS

Karbon Dioksida di Planet Ekstrasolar

Para peneliti yang memanfaatkan teleskop Antariksa Hubble yang dioperasikan NASA/ESA telah menemukan karbon dioksida pada atmosfer sebuah planet yang mengorbit bintang lain. Ini adalah langkah penting dalam upaya untuk menemukan jejak kimiawi yang mengarah kepada kehidupan ekstraterestrial. Penemuan ini telah dipublikasikan dalam Astrophysical Journal Letters pada 9 Desember 2008.

Planet seukuran Jupiter, yang dikenal sebagai HD 189733b, terlalu panas untuk mendukung kehidupan. Namun observasi Hubble mengajukan bukti terhadap konsep bahwa komponen kimia dasar untuk kehidupan dapat dideksi pada planet yang mengorbit bintang lain. Kandungan organik dapat juga merupakan produk dari proses kehidupan dan keberadaannya di planet yang mirip Bumi suatu saat dapat menyediakan bukti pertama mengenai keberadaan kehidupan di luar Bumi.

Observasi sebelumnya terhadap HD 189733b oleh Hubble dan teleskop antariksa Spitzer telah mendeteksi adanya uap air, sementara di awal tahun ini Hubble telah menemukan metana pada atmosfer planet tersebut.

“Hal ini menarik karena Hubble telah memungkinkan kita melihat molekul-molekul yang menjejak kondisi, kandungan kima, dan komposisi atmosfer di planet lain,” jelas Mark Swain dari Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, AS. “Berkat Hubble, kini kita telah memasuki era dimana kita akan melaju pesat dalam upaya menambah jumlah molekul yang kita ketahui di planet lain.”

Swain dan timnya menggunakan perangkat Near Infrared Camera dan Multi-Object Spectrometer (NICMOS) pada Hubble untuk mempelajari berkas cahaya inframerah yang dipancarkan oleh planet tersebut, yang terletak sejauh 63 tahun cahaya. Gas pada atmosfer planet menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu dari interior planet yang berpijar panas. Mereka mengidentifikasi tidak hanya karbon dioksida, namun juga karbon monoksida. Molekul-molekul tersebut meninggalkan sidik jari spektralnya yang unik dalam radiasi dari planet yang mencapai Bumi. Ini adalah untuk pertama kalinya emisi spektrum near-infrared berhasil didapat dari sebuah planet ekstrasolar.

“Karbon dioksida adalah salah satu fokus yang menggairahkan, karena ini adalah molekul yang apabila berada pada kondisi yang sesuai dapat berhubungan dengan aktifitas biologis seperti yang terjadi di Bumi,” tambah Swain. “Fakta bahwa kami dapat mendeteksinya, dan memperkirakan kelimpahannya, adalah hal yang signifikan dalam upaya jangka panjang untuk mengkarakterisasi planet-planet, baik untuk menentukan bagaimana terbentuknya, maupun apakah planet tersebut dapat menyimpan suatu bentuk kehidupan.”

Co-researcher dari dari University College, London, Dr. Giovanna Tinetti menerangkan bahwa, “Pada planet-planet terestrial di tata surya kita, CO2 memainkan peranan penting dalam stabilitas iklim. Di Bumi, CO2 adalah salah satu bahan baku fotosintesis dan elemen kunci dalam siklus karbon. Observasi kami merepresentasikan kesempatan besar untuk memahami peranan CO2 di atmosfer planet bergas-panas dan beradiasi tinggi.

Observasi jenis ini paling baik dilakukan planet yang mengorbit tegak lurus terhadap Bumi. Planet-planet tersebut secara teratur melintas di depan dan kemudian di belakang bintang induknya (disebut sebagai gerhana). Planet HD 189733b melintas di belakang bintang induknya sekali setiap 2.2 hari. Ini menyediakan kesempatan untuk meneliti berkas cahaya bintang secara tersendiri (saat planet tertutupi) dan dari bintang dan planet secara bersamaan setelah gerhana. Dengan demikian, para astronom dapat mengisolasi emisi dari planet dan membuat analisis kimia yang mungkin dari atmosfer “siang hari” disana.

Dengan cara ini, Swain menjelaskan bahwa ia menggunakan saat gerhana, dimana planet berada dibelakan bintangnya untuk menjejak kondisi planet pada siang hari, yang mengandung bagian terpanas di atmiosfernya. “Kami mulai mencari molekul-molekul dan menentukan seberapa banyak diantaranya yang terlihat berubah antara sisi siang dan sisi malam,” tambah Swain.

Demonstrasi yang sukses terhadap pengamatan dengan panjang gelombang near-infrared yang dipancarkan dari sebuah planet tersebut telah membawa para astronom untuk merencanakan pemakaian teleskop antariksa James Webb (James Webb Space Telescope, JWST) yang akan diluncurkan pada tahun 2013 mendatang. Seperti diketahui, penanda biologis (biomarker) terlihat paling jelas dalam panjang gelombang near-infrared.

Para astronom berencana untuk menggunakan JWST untuk secara spektroskopis melihat keberadaan biomarker di planet terestrial seukuran Bumi, atau “Bumi Super” yang bermassa beberapa kali lebih besar dari Bumi. “Teleskop Webb akan mampu melakukan pengukuran yang lebih sensitif terhadap peristiwa gerhana primer dan sekunder,” tambah Swain.

Rencana Swain berikutnya adalah untuk mencari molekul-molekul di atmosfer planet ekstrasolar lainnya, dan mencoba meningkatkan jumlah molekul yang terdeteksi pada atmosfer planet ekstrasolar. Ia juga berencana akan memanfaatkan molekul-molekul tersebut untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada atmosfer planet ekstrasolar guna mempelajari hal-hal terkait kondisi cuaca di dunia yang jauh itu. (www.scitech.ac.uk)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: