RSS

AKU TAK INGIN JADI GURU

orang di sekitarku selalu berkata guru adalah profesi terbaik untuk seorang perempuan... karna kita bisa mengatur waktu antara kapan kita mengajar, dan kapan kita menjadi seorang istri yang baik jika kita sudah menikah nanti. tapi rasanya saat ini aku kurang setuju. hari ini sudah dua minggu aku melakukan praktek mengajar di salah satu SMA negeri yang ada di tangerang Selatan. percaya atau tidak, ternyata waktuku lebih banyak kuhabiskan di sekolah... aku berangkat pukul enam pagi dan pulang dengan lusuh pukul enam sore. seorang guru di SMA tersebut pun pernah bercerita padaku bahwa beliau jarang bertemu dengan putrinya. karena saat beliau berangkat, sang putri belum bertemu dengan pangeran yang mampu membangunkannya.. dan saat beliau pulang.. sang putri telah kembali ke alam mimpi. jadi seperti itukah keteraturan waktu kita saat menjadi seorang guru?? aku rasa tidak..



lalu apa sebenarnya yang menjadi motivasi seseorang menjadi guru?? bahkan tak sedikit orang yang memilih pergi dan tinggal di pedalaman hanya uuntuk memberikan sedikit pelajaran. pernyataan dan pertanyaanku sudah jelas terlihat bahwa aku bukanlah orang yang menyukai dunia mengajar. aku selalu merasa yang berhak menjadi guru hanyalah orang-orang yang benar-benar sangat pintar dan menguasai begitu banyak hal. karna jika tidak, itu hanya akan menjadi kesempatan untuk membuat seseorang mendapatkan suatu pelajaran yang salah dan akhirnya menciptakan hasil yang jauh lebih buruk dari kita. Aku bukanlah orang yang pintar.. maka tak pernah terlintas di pikiranku untuk menjadi seorang guru. maka dari itu, pertanyaan yang tertulis di benakku sangat ingin ku ketahui jawabannya. layaknya saat al-Quran turun secara berangsur-angsur.. aku pun mendapatkan jawaban dari pertanyaanku secara kredit.



Hari pertama aku mengajar

mata berbinar-binar. entah karna terlalu bahagia atau hendak berurai air mata. yang pasti aku tegang luar biasa.. sejak pagi aku terus saja membaca materi yang akan ku ajarkan dan tak henti-hentinya mondar mandir di ruang guru hinggamembuat beberapa guru berkomentar tentang tingkah lakuku... begitu banyak perasaan yang menumpuk. takut salah, bingung menyampaikan, takut tak dihargai, sampai ingin terlihat sempurna karena proses pembelajaran di saksikan oleh sang guru pamong. semua perasaan yang justru selalu membuat seseorang tak mampu melakukan sesuatu dengan maksimal. kuputuskan untuk menghadap Tuhanku sesaat sebelum aku memasuki kelas dan melihat tatapan penuh tanya dari seluruh siswa.

hasilnya... kelasku penuh dengan kegaduhan.



Hari kedua mengajar

melihat begitu aktifnya siswa yang kuhadapi, kuputuskan untuk membuat sebuah permainan.. setiap anak ku bagi menjadi beberapa kelompok dan kuminta menjawab sebuah soal yang mereka pilih secara acak. dan yang mampu menjawabnya dengan benar, ia akan mendapatkan satu batang coklat.

hasilnya... sebuah diskusi indah yang terkendalikan.



seiring berjalannya waktu.. akhirnya dua minggu ku di sekolah tersebut menjadi dua minggu yang begitu indah. kalian tau sendir, awalnya aku tak pernah bercita-cita menjadi seorang guru... tapi saat kita mampu mengendalikan kelas, membuat siswa memahami apa yang kita sampaikan, hingga membuat siswa mau mempelajari apa yang sebelumnya tak ia mengerti, itu adalah suatu kebahagiaan yang teramat luar biasa... aku masih ingat bagaimana perasaanku saat beberapa siswaku mengirim sebaris kalimat pendek berisikan ucapan terima kasih karna aku mengajari mereka. Aahh.. sampai hari inipun senyum karna ucapan itu masih ada.



dua minggu yang masih menjadi sebuah awal membuatku mengerti bahwa guru bukan sebuah pilihan dari pikiran, melainkan dari hati. karna sejuta kebahagiaan yang akan kita dapatkan dari proses kita mengajar, adalah sesuatu yang hanya dapat dirasakan hati. walaupun awalnya aku adalah seseorang yang tak pernah suka menjadi seorang guru, tapi sekarang aku mengerti

Mengajar bukan profesi. Mengajar adalah kegemaran

Aku telah mencapai sebuah kesimpulan yang menakutkan bahwa aku

adalah unsur penentu di dalam kelas.

Pendekatan pribadikulah yang menciptakan iklimnya

Suasana hatikulah yang membuat cuacanya.

Sebagai seorang Guru, aku memiliki kekuatan yang sangat besar

untuk membuat hidup seseorang menderita atau gembira.

Aku bisa menjadi alat penyiksa atau pemberi ilham,

bisa bercanda atau mempermalukan,

melukai atau menyembuhkan.

Dalam semua situasi, reaksikulah yang menentukan

apakah sebuah krisis akan memuncak atau mereda

dan apakah seseorang akan diperlakukan sebagai manusia atau direndahkan.





*untuk engkau yang masih merasa menjadi seorang mahasiswa keguruan adalah sebuah kesalahan, dan untuk engkau yang masih merasa mengajar di kelas adalah satu hal yang tidak menyenangkan. renungi ceritaku! dan kuharap, engkau akan mendapatkan satu kesimpulan indah seperti yang kudapatkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: