Nina
bobo oh nina bobo
Kalau
tidak bobo digigit nyamuk
Suara perempuan
setengah baya itu mulai tak mampu lagi aku raba. Bukan karena aku mulai
meninggalkan alam nyata. Tapi karena nyanyian itu kini hanya sebuah kenangan
lama. Kenangan yang sebelumnya menyenangkan namun kini berubah memilukan. Aku
Bian. Seorang anak yang tak lagi menggemaskan di usiaku yang menginjak 7 tahun.
Buktinya tak ada lagi pelukan atau sekedar ucapan sayang. Kini ibuku seperti
sehelai bulu yang tak kunjung mendarat karena angin terus saja
mempermainkannya. Akulah daratan itu. Daratan yang harap-harap cemas setiap
kali sang bulu meliuk teramat dekat denganku, namun tiba-tiba ia pergi. Daratan
dengan luapan rindu saat angin kencang datang membuat sang bulu harus merantau
teramat jauh darinya.
Kuputar bola
mataku untuk melihat sekeliling. Hanya ada ruang tamu dengan sofa warna hijau
kesukaan ibuku yang terhubung dengan dapur yang teramat bersih karena tak
pernah dipakai oleh pemiliknya. Tak ada hiasan dinding sama sekali. Membuat
rumah ini terasa semakin luas untuk penghuni bernama kesendirian. Kututup semua
jendela yang menghubungkanku dengan dunia luar. Hari sudah mulai gelap dan
ibuku belum pulang seperti biasanya, meski hari ini bukanlah hari yang biasa.
oo0oo
Aku tak sadar
matahari sudah pamit sedari tadi atau mungkin memang dia tak pernah pamit
padaku. Kesibukanku bertatap muka dengan layar komputer selalu membuatku tak
ingat waktu. Kulirik jam dinding yang suara detakannya mulai nyaring melawan
sepi. Pukul Sembilan malam dan aku masih saja berkutat dengan satu persatu
huruf di depanku. Kenyataan bahwa hidup yang dulu hanya kugenggam separuh itu kini
seluruhnya benar-benar jatuh di pundakku setelah suamiku meninggal, membuatku
harus bekerja lebih keras demi melanjutkan kehidupan. Karena itu, sudah hampir
satu tahun ini aku selalu menerima tawaran lembur dan mengerjakan berbagai
pekerjaan.
Kumatikan layar
dan bersiap-siap untuk pulang. Namun disaat bersamaan satpam kantorku
menghampiriku dengan membawa kotak kecil berwarna hitam.
“maaf bu, tadi
ada anak kecil yang datang mengantar ini ke pos satpam. Katanya buat ibu.”
“Anak kecil?
Siapa pak?”
“waah, saya gak
tau bu. Tadi saya lupa tanya namanya.”
“Ya sudah kalau
gitu. Makasih pak.”
Tanpa menunggu jarum jam genap satu putaran,
kubuka kotak kecil itu dan ku dapati secarik kertas di dalamnya.
Nina
bobo, oh nina bobo
Kalau
tidak bobo digigit nyamuk
Ma,
mama ingat lagu ini? Dulu mama selalu menyanyikannya menjelang bian tidur. Sekarang
nyamuk di kamar bian jahat ma. Dia senang sekali menggigit kaki dan tangan
bian. Bahkan wajah Bian saja dia gigit. Apa karena sekarang Bian tidak bisa
tidur hampir setiap malam? Sepertinya iya. Tapi bukan karena lagu itu ma.
Buktinya Bian tetap tak bisa tidur meski sudah Bian putar lagu itu lewat kaset
yang dulu dibelikan ayah.
Oh
iya ma, Selamat ulang tahun ya! Ini hadiah dari bian. Tak mahal memang. Tapi jam
tangan ini bian beli dengan uang jajan bian sendiri. Ya… meskipun itu
sebenarnya uang mama. Dipakai ya ma! Biar nanti mama tahu kapan saatnya untuk
pulang. Setelah ayah meninggal, mama sering sekali lupa untuk pulang. Sibuk dengan
pekerjaan yang selalu bian tunggu kapan
selesai. Apa atasan mama seperti nyamuk di kamar bian? Bakalan gigit kalau mama
gak kerja. Kalau begitu berhenti saja ma. Lagian bian juga gak butuh uang. Bian
butuh mama. Karena saat mama sibuk dengan pekerjaan, Bian sendirian.
0 komentar:
Posting Komentar